Wow. Sungguh excited rasanya untuk mencoba bekerja di negara orang. Terlebih bagi saya yang belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di luar Indonesia. Untung saja, Malaysian masih bisa dibilang saudara serumpun kita, sehingga meskipun bahasa inggris saya masih pas-pasan, saya merasa cukup pede untuk melangkahkan kaki kesana. Is that true?
Ternyata saya salah. Sepertinya memahami bahasa inggrisnya english-speaking country jauh lebih mudah daripada memahami bahasa melayu atau bahasa inggrisnya penduduk Malaysia yang seringkali saya temui disini. Penduduk Malaysia yang saya sebut ‘seringkali saya temui disini’ justru bukan pribumi-pribumi melayu lho. Entah hanya kebetulan, dalam dua minggu pertama kehidupan saya di Kuala Lumpur ini, sepertinya saya lebih sering berinteraksi dengan penduduk Malaysia yang berasal dari negara-negara lain seperti China, India, Nepal, Bangladesh, dan sebagainya, dibandingkan dengan penduduk asli malaysia.
Tempat tinggal di Malaysia
Artikel saya yang satu ini tidak akan membahas detail teknis tentang cara-cara maupun prosedur yang saya jalani hingga saya berhasil mendapatkan pekerjaan di negara tetangga ini. Mungkin jika ada waktu, pembahasan tersebut akan saya ulas di sebuah artikel tersendiri. Jika sempat. Jika mood sedang baik.Artikel ini mungkin hanya akan berisi ulasan singkat tentang pengalaman saya di 15 hari pertama hidup di Malaysia. Semoga bisa membantu pembaca sekalian yang juga memiliki ketertarikan untuk bekerja disini.
Mari kita mulai dari hal yang terpenting dahulu: akomodasi.
Jika ingin menetap di suatu tempat dalam kurun waktu yang cukup lama, tentu saja apartment/condominium/flat/kosan menjadi hal paling penting yang harus dijadikan prioritas utama. Gile aje mau nginep di hotel terus-terusan. Bisa bangkrut! Jujur sampai detik ini saya belum bisa membedakan pengertian dari apartment, condominium, atau flat di Malaysia. Yang saya tau ya cuma kos-kosan, Muehehe.
Ini dia dua website yang saya gunakan untuk nyari tempat tinggal:
www.ibilik.my
www.propertyguru.com.my
Tentu saja masih banyak website lain yang bisa digunakan, googling aja.
Correct me if I’m wrong, sepertinya disini jarang sekali ada owner property yang menawarkan kos-kosan seperti yang biasanya kita temukan di Indonesia. Seringkali, mereka menawarkan unit dalam bentuk condominium, bisa isi 2 kamar, 3 kamar, atau 4 kamar, lengkap dengan dapur, ruang tivi, dan tentu saja kamar mandi. Harganya ya tergantung luas ruangan dan fasilitas, ada yang fully furnished dan ada juga yang tidak.
Jadi kalau misalnya kamu cuma sendiri nih, owner/agent akan menawarkan kamu untuk mengambil satu kamar yang ada dalam sebuah condominium (ada banyak condo yang kamarnya disewakan secara eceran-red). Tapi usul saya sih mending cari temen sebangsa, biar enak hidup dengan budaya yang cenderung mirip. Kecuali kamu mau mendekam terus di kamar tanpa niat untuk menggunakan ruang tivi dan dapur yang mana adalah properti bersama, atau kecuali jika kamu memang mampu dan mau beradaptasi dengan orang-orang dengan budaya berbeda.
Tapi tetep ada kok yang nyewain kos-kosan seperti di Indonesia, hanya saja jumlahnya tidak banyak.
Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk tempat tinggal?
Semasa bekerja sebagai peserta ODP di perusahaan sebelumnya, saya hidup berkelana dari satu kota ke kota lainnya. Saya pernah ngekos di area Kebayoran Baru ketika bertugas di Jakarta Selatan, Sunter di Jakarta Utara, Cinere, Depok, Metro di Lampung, Green Garden di Jakarta Barat, Cileungsi, dan terakhir di Pekanbaru, Riau.Jika dibandingkan dengan biaya tempat tinggal di Pekanbaru dan Metro, maka biaya tempat tinggal di Kuala Lumpur terbilang mahal. Tapi jika dibandingkan dengan biaya tempat tinggal di Jakarta, menurut saya imbang, tidak terlalu mahal.
Disini, saya harus merogoh kocek sebesar 1800 RM (ringgit malaysia) untuk menyewa sebuah condominium dengan 3 kamar tidur, 4 kamar mandi, 1 gudang kecil, dapur, ruang tivi. Dengan fasilitas AC-kipas angin-tempat tidur-lemari di masing-masing kamar, satu buah televisi-kulkas-kompor untuk digunakan bersama. Lengkap dengan sofa, meja makan, rak tivi, rak sepatu dan sejenisnya. Nah ini yang disebut fully furnished. Sebagian condo ada yang menawarkan harga lebih murah, tapi ya barang-barang tersebut tidak disediakan owner, balik ke preferensi masing-masing deh, sukanya yang mana.
Namun perlu digaris bawahi, 1800 RM diatas belum termasuk biaya air dan listrik. Jadi anggaplah total semua biaya yang diperlukan untuk sewa tempat tinggal sebesar 2000 RM. Karena saya berempat, jadi patungan masing-masing sekitar 500 RM.
500RM itu kalau dirupiahkan dengan kurs saat ini, sebanding dengan 1,7jt rupiah. Untuk fasilitas yang bagi saya lumayan wah (termasuk free access ke kolam renang, gym, sauna, dan jacuzzi) harga tersebut menurut pendapat saya terbilang wajar. Mengingat kosan saya di Jakarta harganya bisa mencapai 1 hingga 1,4 juta hanya dengan fasilitas AC dan kamar mandi di dalam. Dengan standar biaya hidup yang lebih tinggi, tentu saja harganya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. Jadi sangat tidak fair jika dibandingkan dengan cara mengkonversi kurs mata uang.
Salah satu biaya yang menguras dompet
Ada satu hal terkait tempat tinggal yang lagi-lagi baru saya temui di Malaysia, yaitu sistem deposit condo/apartment. Mungkin karena sejauh ini saya cuma pernah tinggal di kos-kosan biasa, tidak pernah ada ibu kos yang minta deposit-depositan. Bayar sebulan doang, silakan tinggal. Bulan depan ditagih lagi. Wkwkwk.Kali ini beda. Untuk menempati sebuah condo dengan tarif 1800 RM perbulannya, saya dan teman-teman diharuskan merogoh kocek sebesar 6900 RM. Dengan rincian:
- 1 bulan sewa dibayar dimuka: 1800 RM
- 2 bulan security deposit: 3600 RM
- 1/2 bulan utilities deposit 900 RM
- biaya stamping 600 RM
Bisa disimpulkan, jika kamu menginginkan sebuah apartment/condo dengan harga misalkan 1000 RM, kamu harus menyediakan uang sebesar 2000 hingga 4000 RM. Karena mayoritas owner disini biasanya menghendaki deposit sebesar 2x hingga 4x biaya sewa bulanan.