Dalam postingan yang satu ini rencananya saya akan mengupdate kisah perjalanan saya dalam berburu pekerjaan. Dari lubuk hati yang paling dalam saya berharap bahwa postingan ini tidak akan menjadi sebuah catatan yang panjang terurai. Semoga status pengangguran tidak melekat terlalu lama pada diri ini. Hihihi. Amin.
Jadiii... kira-kira perusahaan manakah yang mendapat kehormatan untuk menjadi perusahaan pertama yang saya lamar?
My first try
Perusahaan tersebut adalah BTN, saya lamar tepat tujuh hari setelah saya resmi bergelar Sarjana Ekonomi, sekitar satu bulan sebelum acara wisuda. Ironis sekali memang, mengingat sedari dulu saya sudah mewanti-wanti diri saya untuk tidak bekerja di perusahaan perbankan. Menurut saya, pekerjaannya terlalu menguras tenaga dan pikiran. Mungkin gajinya lumayan, tapi kelihatannya tidak sebanding dengan rasa penat dan stress yang ditimbulkan. Kelihatannya lho ya, mungkin saja saya salah. No offense!
Singkat cerita, tanpa pikir panjang saya langkahkan kaki menuju salah satu cabang BTN tepatnya
di Jl Rasuna Said Padang. Sungguh tanpa keraguan. Prinsip ‘jangan kerja di bank’ yang dulu saya pegang tetiba lenyap, hilang entah kemana. Yang ada di pikiran saya hanyalah
bagaimana caranya agar gelar sarjana yang saya peroleh tidak terlalu lama
menunggu untuk dipergunakan.
Posisi
ODP BTN yang saya lamar dengan modal SKL itu meregang nyawa dengan cepat.
Perusahaan yang malang ini rupanya belum cukup beruntung untuk mendapatkan
kandidat se-brilian saya. Mereka menyisihkan saya di tahap seleksi
administrasi. Kejam sekali.
Tapi
mungkin salah satu peristiwa yang akan selalu saya ingat dalam kisah melamar BTN
ini adalah hal lucu yang menimpa surat lamaran kerja saya. Maklumlah, pada saat
itu saya masih minim pengalaman dan terdesak waktu yang singkat untuk melamar
lowongan tersebut. Kurang dari satu hari waktu yang bisa saya gunakan untuk
mempersiapkan segala persyaratan, ditambah dengan kecerobohan saya yang cukup
membanggakan: terjadilah fenomena ‘lupa edit data diri’.
Kekonyolan yang luar biasa absurd terjadi. Pada kolom data diri di lembar surat lamaran kerja saya terpampang: Jakarta, 5 Desember 1992 sebagai tempat dan tanggal lahir saya. Yap. Itu bukan tanggal lahir saya, melainkan tanggal lahir si pemilik asli dari surat lamaran yang saya kopas. Di ruang tunggu BTN, saya hanya bisa termangu menatap lembaran tersebut karena menyadari sudah tidak ada lagi waktu untuk ngeprint ulang.
Kekonyolan yang luar biasa absurd terjadi. Pada kolom data diri di lembar surat lamaran kerja saya terpampang: Jakarta, 5 Desember 1992 sebagai tempat dan tanggal lahir saya. Yap. Itu bukan tanggal lahir saya, melainkan tanggal lahir si pemilik asli dari surat lamaran yang saya kopas. Di ruang tunggu BTN, saya hanya bisa termangu menatap lembaran tersebut karena menyadari sudah tidak ada lagi waktu untuk ngeprint ulang.
Seingat saya, tidak ada lagi pekerjaan yang saya lamar hingga hari-H wisuda.
Hiruk
pikuk mengurus ijazah dan transkrip saya lakukan setelah melakukan perburuan
gerhana matahari ke Palembang. Sembari mengurus dokumen sakral tersebut saya
juga memasukkan lamaran kerja ke instansi-instansi pemerintahan/BUMN diantaranya Pegadaian, OJK, dan
BPJS Ketenagakerjaan.
Posisi
yang ditawarkan oleh Pegadaian terbilang kurang menarik. Jadi saya tidak
terlalu kecewa ketika instansi tersebut tidak mengeluarkan daftar
kandidat yang lulus dari kota Padang. WTF? Buat apa dibuka lowongan buat kota
Padang kalau ujung-ujungnya digagalkan semua? I don’t know what is exactly
happened here, saya anggap saja kalau sayalah yang gagal menemukan lembar
pengumuman kandidat Padang diantara pdf-pdf kelulusan kota-kota lain. No
problemo lah, ikhlaskan saja. Nah yang membuat saya
sedikit kecewa tentu saja si gagah perkasa: OJK.
OJK
adalah salah satu tempat berkarir yang favorit, mungkin bukan cuma bagi saya.
Prestisenya itu looh.. luar biasa! Katanya sih hanya orang-orang yang
benar-benar berbakat yang bisa bekerja disana. Apakah saya termasuk? Of course...
not! Huehue.
Tapi
tentu saja sebagai seorang pemuda rupawan yang memiliki kapasitas intelegensi
yang mumpuni, saya sangat ingin menguji kemampuan saya paling tidak di tahap
psikotes/tes potensi akademiknya. Ngga berharap lebih dari itu juga kok. Sayangnya
takdir berkata lain, bahkan saya tak diberi kesempatan untuk mewujudkan mimpi tersebut. Goddamit! Ini perusahaan ketiga yang menggagalkan saya pada seleksi administrasi.
Kali ini, rasanya sedikit kecewa.
Pertama kalinya lulus tes administrasi
Sehari
setelah OJK mengumumkan kegagalan saya, tepatnya pada tanggal 2 April Bank
Mandiri mengundang saya untuk melaksanakan online assesment. Wuhuuu! Akhirnya
ada juga perusahaan yang meloloskan saya dari tahap seleksi administrasi.
Secara resmi, inilah tes pertama yang saya ikuti.
Bermodal laptop dan koneksi internet, ujian tersebut saya kerjakan dengan sepenuh hati di sebuah kamar kecil nan panas yang saya tempati sehari-hari. Entah memang soalnya sulit, atau karena suhu kamar yang tinggi, otak saya rasanya mulai mengalami overheating.
Tanpa disangka-tanpa diduga, saya berhasil melewati online assesment tersebut dan diundang untung mengikuti final interview pada tanggal 17 Juni 2016.
Yap, butuh dua bulan untuk menunggu hasil tes ODP Mandiri tersebut. Hanya 1 dari 6 orang peserta pada shift yang saya ikuti berhasil lolos dari final interview tersebut, dan sialnya saya bukanlah 1 orang tersebut. Hihihi.
Bermodal laptop dan koneksi internet, ujian tersebut saya kerjakan dengan sepenuh hati di sebuah kamar kecil nan panas yang saya tempati sehari-hari. Entah memang soalnya sulit, atau karena suhu kamar yang tinggi, otak saya rasanya mulai mengalami overheating.
Tanpa disangka-tanpa diduga, saya berhasil melewati online assesment tersebut dan diundang untung mengikuti final interview pada tanggal 17 Juni 2016.
Yap, butuh dua bulan untuk menunggu hasil tes ODP Mandiri tersebut. Hanya 1 dari 6 orang peserta pada shift yang saya ikuti berhasil lolos dari final interview tersebut, dan sialnya saya bukanlah 1 orang tersebut. Hihihi.
Nah,
pada jeda menunggu pengumuman online assesment Mandiri tentu saja saya juga
sempat melamar ke perusahaan-perusahaan lain. BPJS-TK adalah salah satunya. Saya melakukan pendaftaran pada tanggal 9 April. Menunggu dan menunggu setelah mengalami pengunduran lebih dari satu kali, akhirnya BPJS menerbitkan pengumuman hasil seleksinya pada tanggal 26 April. Hasilnya? Lagi-lagi saya gagal di administrasi. Luar biasa.
Ada juga beberapa lamaran yang saya masukkan di sebuah jobfair di UPI-YPTK Padang. Seingat saya diantaranya ada BNI Life, Indomobil, CIMB Niaga, Garuda Organizer, dan... rasanya cuma itu sih, udah lupa. Perusahaan-perusahaan yang saya lamar pada jobfair tersebut sama sekali tidak ada yang memberi kabar, entah memang mereka cuma iseng buka lowongan atau memang saya yang lagi-lagi tidak lolos tahap administrasi. Huehue.
Ada juga beberapa lamaran yang saya masukkan di sebuah jobfair di UPI-YPTK Padang. Seingat saya diantaranya ada BNI Life, Indomobil, CIMB Niaga, Garuda Organizer, dan... rasanya cuma itu sih, udah lupa. Perusahaan-perusahaan yang saya lamar pada jobfair tersebut sama sekali tidak ada yang memberi kabar, entah memang mereka cuma iseng buka lowongan atau memang saya yang lagi-lagi tidak lolos tahap administrasi. Huehue.
Tes tertulis pertamaku
Pengalaman
pertama mengikuti tes tertulis 'in real life' (bukan online test) datang dari salah satu perusahaan
pembiayaan bernama BFI Finance. Yuhuu... campus hiring, sama seperti BAF yang sudah saya
tolak sebelumnya karena sedang dalam perburuan gerhana matahari.
Kalender menunjukkan tanggal 14 April pada saat itu. Tentu saja saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang tersedia. Meskipun saya tidak tertarik untuk bekerja di perusahaan ini, tentu saja berbagai macam tes yang tersedia harus saya ikuti untuk menambah pengalaman tes saya yang masih minim. Alhamdulillah tahap awal berhasil saya lewati dan menyisakan 20 pesaing untuk tahapan selanjutnya yaitu Focus Group Discussion.
Dari 20 orang yang lulus ke tahap FGD, tidak semuanya berminat untuk mengikuti tes tersebut. Tentu saja hal ini sedikit mengecewakan bagi saya karena ternyata terlalu sedikit yang memutuskan untuk bertarung, seingat saya pada saat itu peserta tes yang datang tidak mencapai 15 orang. Bagaimanapun, saya tetap bertekad untuk maju dan mengalahkan mereka yang datang. Veni, vidi, vici.
Kalender menunjukkan tanggal 14 April pada saat itu. Tentu saja saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang tersedia. Meskipun saya tidak tertarik untuk bekerja di perusahaan ini, tentu saja berbagai macam tes yang tersedia harus saya ikuti untuk menambah pengalaman tes saya yang masih minim. Alhamdulillah tahap awal berhasil saya lewati dan menyisakan 20 pesaing untuk tahapan selanjutnya yaitu Focus Group Discussion.
Dari 20 orang yang lulus ke tahap FGD, tidak semuanya berminat untuk mengikuti tes tersebut. Tentu saja hal ini sedikit mengecewakan bagi saya karena ternyata terlalu sedikit yang memutuskan untuk bertarung, seingat saya pada saat itu peserta tes yang datang tidak mencapai 15 orang. Bagaimanapun, saya tetap bertekad untuk maju dan mengalahkan mereka yang datang. Veni, vidi, vici.
Berhasil! Inilah pengalaman pertama saya lulus hingga ke tahap paling akhir. Setelah
berdiskusi cukup matang bersama keluarga dan teman-teman dekat, saya putuskan
untuk tidak menandatangani kontrak kerja dengan perusahaan tersebut karena satu dan lain hal. Yap,
peluang pertama yang saya lewatkan.
Meskipun pesertanya lebih banyak, ternyata soal tes yang diuji tidak lebih sulit. Sejauh ini, soal psikotes perusahaan inilah yang menurut saya paling mudah untuk dikerjakan. Sempat pesimis juga sih, karena beranggapan semua orang juga merasakan kemudahan yang saya rasakan. Syukurnya, firasat tersebut salah dan siang hari itu juga saya melanjutkan tes ke tahapan berikutnya yaitu FGD. Di tahap inilah perjalanan saya berakhir. Tidak ada kabar sejak saat itu, dan anehnya teman-teman seperjuangan saya juga mengalami hal yang sama.
April berlalu dan Mei pun sudah mendekati ujungnya. Pada tanggal 23 Mei saya mengikuti walk in interview yang diselenggarakan oleh PT Mega Finance. Lagi-lagi ruang seminar gedung F menjadi saksi perburuan saya. Kali ini peserta yang datang sudah jauh lebih banyak dari sebelumnya, sekitar 265 orang. Mungkin nama besar CT Corp besutan Chairul Tanjung ini lebih menggugah selera para job seeker Universitas Andalas dibanding perusahaan-perusahaan sebelumnya.
Yuk lanjutkan perburuan!
Panggilan tes berikutnya masih dari campus hiring Universitas Andalas, dan kali ini perusahaan yang berpartisipasi adalah CIMB Niaga. Luar biasa! Lamaran yang saya masukkan di jobfair UPI tidak digubris dan perusahaan ini malah mengadakan campus hiring di Universitas saya sendiri. Ruangan tes yang dipakai masih sama dengan ruangan yang dipakai BFI yaitu ruang seminar gedung F. Agak sedikit bergairah kali ini, karena pesertanya sekitar 2-3 kali lebih banyak daripada tes sebelumnya.Meskipun pesertanya lebih banyak, ternyata soal tes yang diuji tidak lebih sulit. Sejauh ini, soal psikotes perusahaan inilah yang menurut saya paling mudah untuk dikerjakan. Sempat pesimis juga sih, karena beranggapan semua orang juga merasakan kemudahan yang saya rasakan. Syukurnya, firasat tersebut salah dan siang hari itu juga saya melanjutkan tes ke tahapan berikutnya yaitu FGD. Di tahap inilah perjalanan saya berakhir. Tidak ada kabar sejak saat itu, dan anehnya teman-teman seperjuangan saya juga mengalami hal yang sama.
April berlalu dan Mei pun sudah mendekati ujungnya. Pada tanggal 23 Mei saya mengikuti walk in interview yang diselenggarakan oleh PT Mega Finance. Lagi-lagi ruang seminar gedung F menjadi saksi perburuan saya. Kali ini peserta yang datang sudah jauh lebih banyak dari sebelumnya, sekitar 265 orang. Mungkin nama besar CT Corp besutan Chairul Tanjung ini lebih menggugah selera para job seeker Universitas Andalas dibanding perusahaan-perusahaan sebelumnya.
Cukup
kaget awalnya, karena tahapan pertama dari seleksi yang dilakukan oleh pihak Mega
Finance sama sekali tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Jujur, menurut saya
tahap ini dilakukan dengan tidak profesional. Satu orang interviewer mewawancarai
8-15 orang pelamar. Hmm... menurut saya 3-5 orang masih bisa dimaklumi, tapi 8 orang?
15 orang?
Masing-masing kandidat hanya diberi kesempatan memperkenalkan diri dan menyebutkan latar belakang pendidikannya, mungkin hanya dua atau tiga kalimat yang bisa kami sampaikan sebelum pertanyaan digilir kepada kandidat yang lain.
Masing-masing kandidat hanya diberi kesempatan memperkenalkan diri dan menyebutkan latar belakang pendidikannya, mungkin hanya dua atau tiga kalimat yang bisa kami sampaikan sebelum pertanyaan digilir kepada kandidat yang lain.
Alasannya
sih karena waktu yang tersedia tidak sebanding dengan banyaknya peserta tes
yang datang. Yasudahlah, anggap saja alasan tersebut bisa ditoleransi. Kabar bahagianya, dari
proses seleksi tahap awal yang kurang memuaskan tersebut, saya dinyatakan lolos ke tahap
FGD.
Seperti
biasa, saya bukan individu yang mencolok dalam tes-tes berbau diskusi grup
seperti ini. Saya hanya menyampaikan sepatah dua patah kata, tanpa ada hasrat
untuk membantah atau beradu argumen dengan kelompok-kelompok lain. Saya sibuk
menonton masing-masing kandidat menunjukkan kebolehannya masing-masing dalam
berbicara dan berdebat. Tak ada keinginan untuk menimpali atau tampak lebih unggul.
Ternyata
sedikit bicara bukan berarti tidak bermakna. FGD telah menyisihkan lebih banyak
lagi kandidat, dan saya masih berada pada posisi aman. Saya berhasil
melanjutkan proses seleksi ke tahap wawancara. Nah, di tahap ini saya mulai
bingung. Wawancara apa? Bukankah ada tahapan psikotes terlebih dahulu
seharusnya?
Pertanyaan
saya terjawab pada saat interviewer kami (yang ternyata adalah Regional Manager
dari PT Mega Finance) menanyakan perihal psikotes pada penanggungjawab
rekrutmen Padang. Jawabannya cukup menggelikan, peserta tes yang datang
ternyata melebihi prediksi sehingga kertas untuk psikotes tidak memadai. Haduh! Lagi-lagi alasan yang mengecewakan.
Syukuri
saja, mungkin keteledoran dan kekeliruan itulah yang membuat saya masih terus
mendapat kabar baik hingga ke penghujung penyisihan. Alhamdulillah, saya diundang untuk
mengikuti medical checkup pada tanggal 13 Juni 2016 yang menandakan bahwa saya
dinyatakan layak untuk berkarir bersama Mega Finance. Saya sudah bosan
menganggur, bulatkan tekad dan dengan mengucap bismillah, inilah dia perusahaan
beruntung yang berhasil mendapatkan saya: MEGA FINANCE!
Akhirnya kerja
Dunia kerja saya awali dengan menjadi peserta Officer Development Program PT Mega Finance angkatan IX batch 6, yang beranggotakan 15 orang pemuda-pemudi terbaik dari Padang dan Yogyakarta. Total kandidat yang mengikuti seleksi di dua kota tersebut mencapai 500 orang, syukurlah saya termasuk dalam 15 orang yang diangkut untuk bekerja disini.
Cerita suka dan duka saya dalam meniti karir sebagai anak ODP Mega Finance mulai dari tanggal 26 Juli 2016 insyaallah akan saya liput dalam postingan khusus. Postingan yang ini khusus buat pengalaman nyari kerja aja ya. Wkwkwk.
Lanjut! Kurang dari dua bulan setelah saya mulai bekerja di Mega Finance, Bank Indonesia dan Peruri buka lowongan lho. Dua-duanya menggunakan jasa PPM Management dalam proses recruitment. Cerita suka dan duka saya dalam meniti karir sebagai anak ODP Mega Finance mulai dari tanggal 26 Juli 2016 insyaallah akan saya liput dalam postingan khusus. Postingan yang ini khusus buat pengalaman nyari kerja aja ya. Wkwkwk.
Baca juga: Catatan Hidup #4 Seleksi ODP Mega Finance
Tentu saja tanpa pikir panjang saya langsung daftar pada tanggal 11 September 2016. Tak perlu menunggu lama, pada tanggal 21 September BI mengumumkan bahwa saya dinyatakan gagal melewati seleksi administrasi, dan keesokan harinya datang berita yang sama dari Peruri. Apa yang salah dengan file administrasi saya ya? Wkwkwk.